Jumat, 12 Desember 2014

Laporan Preparat Squash Meiosis (Bab 1,2,4,5,6)



LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK
PRAKTIKUM VI
PREPARAT SEGAR MEIOSIS




OLEH :
                        NAMA                       : ANDRI ADI GUNAWAN
                        STAMBUK               : F1D1 13 049
                        KELOMPOK            : VI (ENAM)
                        ASISTEN                   : ROSMINAH


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014


I.              PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Mikroteknik merupakan suatu ilmu atau seni mempersiapkan organ, jaringan atau bagian dari suatu jaringan untuk dapat diamati dan ditelaah. Pengamatan dan penelaahan tersebut umumnya menggunakan bantuan mikroskop karena pada objek yang akan diamati dan ditelaah memiliki ukuran yang mikrokopis yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Banyak metode dalam mikroteknik, diantaranya metode geser, metode ulas dan squash atau pejetan.
Preparat pejetan atau yang disebut dengan squash preparation merupakan preparat yang dibuat dengan cara memejet sebuah objek diatas gelas objek atau kaca preparat dengan menggunakan karet pensil. Meiosis merupakan pembelahan sel yang mana sel anakannya tidak memiliki sifat yang sama dengan induk selnya. Tahapan-tahapan dalam pembelahan meiosis ialah profase, metafase, anafase dan telofase yang terjadi keempat tahapan tersebut terjadi dalam dua siklus.
Pembelahan meiosis lebih kompleks dibandingkan pembelahan mitosis karena terjadi dua kali siklus pembelahan. Meiosis terjadi perpasangan kromosom homolog dan segregasi kromosom secara bebas. Meiosis dapat dipandang sebagai dua siklus yang amat termodifikasi dan berlangung secara berurutan. Satu siklus meiosis terjadi satu kali replikasi DNA dan dua kali pembelahan sitoplasma sehingga akan dhasilkan empat produk haploid yang tak satu pun identik secara genetik. Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan praktikum Preparat Segar Meiosis.

B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum preparat segar meiosis adalah bagaimana cara mengamati struktur serbuk sari (pollen) hasil pembelahan meiosis?

C.       Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum preparat segar meiosis adalah untuk mengamati struktur serbuk sari (pollen) hasil pembelahan meiosis.

D.      Manfaat Penulisan
Manfaat dari dilaksanakannya praktikum preparat segar meiosis adalah dapat mengamati struktur serbuk sari (pollen) hasil pembelahan meiosis.


                                                                                                                                  II.              TINJAUAN PUSTAKA
Studi pembelahan sel meiosis sering digunakan anthera dan jaringan sporogen. Pembelahan meiosis biasanya digunakan untuk menghitung jumlah kromosom. Preparat dibuat dengan menggunakan metode squash semi permanen (Nita, 2000).
Metode yang digunakan merupakan metode squash (pencet) yang mama merupakan salah satu metode yang digunakan untuk pembuatan preparat. Sampel yang dianalisis adalah bagian tumbuhan yang mengalami pembelahan meiosis seperti antera. Pengamatan sampe tersebut akan diamati di bawah mikroskop dan dapat dilihat bentuk-bentuk dari serbuk sari (Deny, 2007).
Serbuk sari merupakan alat penyebaran dan perbanyakan generative dari tumbuhan berbunga. Secara sitologi, serbuk sari merupakan sel dengan tiga nukleus, yang masingmasing dinamakan inti vegetatif, inti generatif I, dan inti generatif II. Sel dalam serbuk sari dilindungi oleh dua lapisan (disebut intine untuk yang di dalam dan exine yang di bagian luar), untuk mencegahnya mengalami dehidrasi (Aprianty, 2008).
Pembelahan meiosis biasanya digunakan untuk menghitung jumlah kromosom. Pembelahan sel dapat dihambat senyawa mutagen seperti alkaloid. Senyawa mutagen dapat berikatan dengan mikrotubuli, sehingga tahap metafase terhenti dan kromosom tidak tertarik ke bidang ekuator maupun kutub. Di samping itu, senyawa ini dapat menyebabkan kromosom mengkerut, memendek, terpencar-pencar dan tumpang tindih (Etikawati, 2000).
Daerah perkembangan bunga antera dapat dilihat alam primordium stamen, antera masih terdiri atas protoderm dan masa meristem dasar saja. Tiap daerah terdapat sederetan pemula hypodermis yang membelah periklin membentuk dua lapisan. Lapisan dalam pemula ini merupakan sel sporogen primer, yang dengan pembelahan berikutnya membentuk sel induk serbuk. Lapisan luar pemula merupakan sel parietal primer, yang dinding kantong serbuk sari dan bagian besar  tapetum berkembang sebagai hasil pembelahan sel antiklin dan periklin (Mulyani, 2006).
 

                                                                                                                       IV.               HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum preparat segar meiosis dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil pengamatan pada praktikum preparat segar meiosis
No.
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Keterangan
1.
Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
4
2
3
1
4
 


Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)

1.    Duri (Spina)
2.    Selaput luar (Eksin)
3.    Butir serbuk sari (Mikrospora)

2.
2
1
Pisang (Musa padariciaca)
Pisang (Musa padariciaca)

1.    Selaput luar (Eksin)
2.    Butir serbuk sari (Mikrospora)

3.
Kertas (Bougenvillae spectabilis)
1
Kertas (Bougenvillae spectabilis)
1.     Butir serbuk sari
(Mikrospora)
4.
Waru (Hibiscus tilliaceus)
3
2
1
4
Waru (Hibiscus tilliaceus)

1.      Selaput luar (Eksin)
2.      Duri (spina)
3.      Butir serbuk sari
(Mikrospora)
5.
Kancing (Gomphrena globosa)
4
Kancing (Gomphrena globosa)

1.      Butir serbuk sari (Mikrospora)
6.
Kersen (Muntingia calabura)
4
Kersen (Muntingia calabura)

1.     Butir serbuk sari (Mikrospora)

B.       Pembahasan
Meiosis merupakan pembelahan sel yang menghasilkan sel anakan yang tidak sama dengan induknya. Pembelahan meiosis hanya terjadi pada sel kelamin yang mana dari diploid menjadi haploid dan menghasilkan 4 sel anakan. Pembelahan secara meiosis terjadi dalam dua siklus yang mana dalam satu siklus terdiri dari tahapan profase, metaphase, anafase dan telofase. Bentuk tahapan tersebut dapat diamati dengan menggunakan metode squash atau pemejetan yang mana bahan yang akan diamati di bawah mikroskop akan dipencet dengan menggunakan ibu jari atau karet penghapus agar bahan yang akan diamati dapat menyebar merata di kaca preparat.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui tahapan dalam membuat preparat segar meiosis. Tahapan diawali dengan memilih bunga yang utuh dan mengambil antera bunga serta menyimpannya di dalam botol ampul. Kemudian bahan dilarutkan ke dalam larutan fiksatif farmer selama 30 menit untuk mempertahankan struktur sel yang akan diamati. Setelah itu, melakukann pewarnaan dengan meletakkan antera bunga pada cawan petri agar mudah dalam pengamatan, kemudian meneteskan larutan safranin dan membiarkan selama 30 menit sambil menutup cawan petri agar pewarna tidak menguap. Tahapan selanjutnya meletakkan pollen mother cell bunga pada cawan petri lalu meneteskan 1-2 tetes safranin baru. Setelah itu, meletakkan di atas kaca objek dan menutupkan kaca penutup lalu menghaluskan bahan dengan memencetkan bahan menggunakan karet pensil hingga sel-sel pecah dan menyebar. Setelah tahapan tersebut, preparat segar meiosis dapat diamati di bawah mikroskop.
Hasil pengamatan yang telah dilakukan pada preparat segar meiosis dapat dilihat bagian-bagian dari struktur pollen sebagai hasil proses meiosis. Hasil pengamatan pada kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis) dan waru (Hibiscus tilliaceus) memperlihatkan bagian-bagian dari pollen seperti duri (spina), kulit luar (eksin), pori germinasi (aperture) dan butir serbuk sari (Mikrospora). Hasil pengamatan pada kembang kertas (Bougenvillae spectabilis), bunga kancing (Gomphrena globosa) dan kersen (Muntingia calabura) hanya memperlihatkan butir serbuk sari (mikrospora) dari bagian pollen. Beberapa di antara hasil pengamatan yang telah dilakukan, terdapat hasil yang kurang jelas. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh pewarnaan yang berlebihan atau kurang meratanya proses pemencetan.
Serbuk sari yang terjatuh pada putik terdiri dari atas satu sel yang memiliki dua dinding pembungkus, yaitu dinding atau selaput luar (eksin) dan selaput dalam (intin). Eksin akan terpecah jika serbuk sari berkecambah dan intin akan membentuk bulu serbuk sari. Sserbuk sari juga memiliki mikrospora yang terdiri dari beberapa tipe, yaitu suksesif dan simultan.




                                                                                                                                                         V.              PENUTUP
A.      Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum preparat segar meiosis ialah dalam membuat preparat segar meiosis diawali, melakukan pewarnaan selama 30 menit, pewarnaan kembali, melakukan pemencetan dan diamati di bawah mikroskop. Hasil pengamatan memperlihatkan bagian-bagian dari pollen. Pollen yang memiliki duri (spina), kulit luar (eksin), pori germinasi (aperture) dan butir serbuk sari (mikrospora) ialah kembang sepatu (Hibisucs rosasinensis) dan waru (Hibiscus tilliaceus). Pollen yang hanya memperlihatkan butir serbuk sari (mikrospora) ialah kembang kertas (Bougenvillae spectabilis), bunga kancing (Gomphrena globosa) dan kersen (Muntingia calabura).

B.       Saran
Saran pada praktikum preparat segar meiosis adalah sebagai berikut.
1.         Diharapkan kerja sama antara praktikan ditingkatkan agar praktikum terlaksana dengan lancar.
2.         Diharapkan pengawasan asisten terhadap praktikan agar tak ada praktikan yang tidak ikut serta dalam praktikum.
3.         Diharapkan penggunaan waktu yang lebih baik lagi untuk praktikum selanjutnya.




DAFTAR PUSTAKA
Aprianty, M.D., dan Kriswiyanti, E., 2008, Studi Variasi Ukuran Serbuk Sari Kembang Sepatu (Hibiscus Rosa-Sinensis L.) Dengan Warna Bunga Berbeda, J. Biologi, XII (1)

Etikawati, N. dan Setyawan, A.D., 2000, Studi Sitotaksonomi pada Genus Zingiber, J. Biodiversitas, 1 (1) : 8-13

Mulyani, S., 2006, Anatomi Tumbuhan, Kanisius, Yogyakarta

Rahmat, K., 1999, Pertanian Masa Depan, Kanisius, Yogyakarta

Supriharti, D., Elimasni dan Sabri, E., 2007, Identifikasi Karyotipe Terung Belanda (Solanum betaceum Cav.), J. Biologi Sumatera, 2 (1) : 7-11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar