Selasa, 24 Juni 2014

Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-Nanga



I.              PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kendari merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki kekayaan flora dan fauna yang banyak. Kekayaan tersebut dapat dilihat dari kekayaan spesies yang ada di Kendari khususnya di Hutan Lindung Nanga-nanga. Kawasan hutan lindung Nanga-nanga terletak di wilayah administrasi yaitu pemerintah Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan, Kecamatan Poasia dan Kecamatan Baruga Kota Kendari dengan luas kawasan 2515 ha, lingkar gelang kawasan hutan 58 Km, tata letak kontruksi batas dilaksanakan oleh BIPHUT Sulawesi Tenggara dengan panjang kawasan hutan 45,0 Km.
Tumbuhan merupakan makhluk hidup yang dapat membuat makanannya sendiri dari suatu proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari sehingga tumbuhan di dalam aliran energi bertugas sebagai produsen. Selain menjadi produsen dalam aliran energi, tumbuhan dapat pula menjadi habitat dari makhluk hidup lainnya, baik hewan maupun sesama tumbuhan. Tumbuhan yang memiliki struktur yang tinggi misalnya pohon jati, dapat menjadi suatu habitat dari makhluk hidup lainnya seperti burung. Adapun tumbuh-tumbuhan yang melekat pada tumbuhan dapat mematikan tumbuhan lain atau hanya sekedar melekat pada tumbuhan tersebut. Tumbuhan yang melekat dan mematikan tumbuhan inangnya disebut dengan parasit. Sedangkan tumbuhan yang hanya sekedar melekat disebut dengan tumbuhan efipit.
Inventaris merupakan suatu daftar semua fasilitas yang ada di seluruh bagian termasuk gedung dan isinya yang bertujuan sebagai tanda pengenal. Invetarisasi tumbuhan merupakan suatu cara pemberian tanda pengenal terhadap tumbuhan-tumbuhan yang berada pada suatu daerah seperti pada suatu daerah hutan. Inventarisasi tumbuhan diperlukan guna mengetahui kekayaan tumbuhan yang terkandung di dalam suatu hutan pada saat tertentu. Hutan sebagai asosiasi masyarakat tumbuh-tumbuhan dengan dominasi pohon-pohonan selalu mengalami perubahan setiap waktu. Oleh karena itu, jumlah kekayaan yang terkandung di dalam hutan juga selalu berubah. Hal ini menyebabkan inventarisasi tumbuh-tumbuhan di dalam hutan tidak mudah dilaksanakan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilaksanakan praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga adalah sebagai berikut.
1.      Bagaimana jenis keanekaragaman tumbuhan di lingkungan Hutan Nanga-nanga?
2.      Bagaimana metode pembuatan herbarium?
3.      Bagaiaman teknik survei lapangan?

C.    Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga adalah sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui jenis keanekaragaman tumbuhan di lingkungan Hutan Nanga-nanga.
2.      Untuk mengetahui metode pembuatan herbarium.
3.      Untuk mengetahui teknik survei lapangan.

D.    Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga adalah sebagai berikut.
1.      Dapat mengetahui jenis keanekaragaman tumbuhan di lingkungan Hutan Nanga-nanga.
2.      Dapat mengetahui metode pembuatan herbarium.
3.      Dapat mengetahui teknik survei lapangan.


II.           TINJAUAN PUSTAKA
Hutan hujan tropika merupakan tempat tumbuh bagi flora dan fauna, membentuk persekutuan hidup dengan keseimbangan yang dinamis. Soerianegara dan Indrawan (1982) menyatakan bahwa perubahan komunitas hutan dapat timbul akibat adanyagangguan, baik yang bersifat alami seperti tanah longsor dan gunung meletus, maupun yang diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti perladangan berpindah, pertambangan terbuka, dan pembalakan hutan (Mukhtar, 2012).
Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai karena didalamnya terdapat keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan berupa kayu dan nonkayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata, dan sebagainya. Namun gangguan terhadap sumberdaya hutan terus berlangsung bahkan intensitasnya semakin meningkat dari tahun ketahun (Istigono dalam Bambang, 2011).
Tumbuhan memanjat atau lebih dikenal dengan nama liana adalah salah satu jenis tumbuhan yang menjadi penciri khas dari ekosistem hutan hujan tropis. Contohnya adalah jenis-jenis rotan, anggur, serta beberapa Cucurbitaceae (suku labu-labuan). Liana merupakan tumbuhan merambat atau tidak dapat tumbuh tegak mendukung tajuknya. Untuk mendukung pertumbuhannya, kelompok tumbuhan ini umumnya memanfaatkan berbagai jenis pohon untuk merambat. Dengan memanfaatkan pohon inangnya, beberapa jenis liana dapat mencapai lapisan tajuk dan menutupi tajuk inangnya (Asrianny, 2012).
Karakterisasi sifat morfologi merupakan cara determinasi yang paling akurat untuk menilai sifat agronomi dan klasifikasi taksonomi tanaman. Karakterisasi morfologi dapat digunakan untuk identifikasi duplikasi koleksi plasma nutfah, studi pendugaan keragaman genetik dan studi korelasi antara morfologi dengan sifat penting agronomi. Karakterisasi pada tingkat morfologi diperlukan terutama untuk keperluan identifikasi fenotipe dan perubahannya terkait dengan ekotipenya (Sri, 2012).
Kekayaan jenis tumbuhan obat yang terdapat di ekosistem alami di Indonesia berasal dari berbagai tipe ekosistem hutan yang berhasil diidentifikasi dan diinventarisasi tidak kurang dari 1.845 jenis tumbuhan obat.  Begitu pula dengan kawasan hutan Pegunungan Meratus dari beberapa penelitian yang dilakukan di kawasan hutan Pegunungan Meratus tersebut telah diidentifikasi tidak kurang 47 jenis tumbuhan berkhasiat obat (Gunawan, 2009).


III.        METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 8 Juni 2014, yang d pada pukul 09.00 WITA sampai dengan selesai dan bertempat di Hutan Lindung Nanga-nanga, Desa Amohalo, Kecematan Baruga dan Tobimeita, Kota Kendari.

B.     Alat dan Bahan
1.      Alat
Alat yang digunakan pada praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nama alat dan kegunaannya pada praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga
No.
Nama alat
Kegunaan
1.
Sasak
Mengepres tumbuhan
2.
Etiket gantung
Sebagai tanda pengenal
3.
Selotip
Melekatkan obyek
4.
Gunting
Memotong obyek
5.
Botol semprot
Menyemprotkan alkohol
6.
Tali rapia
Sebagai batas plot
7.
Patok kayu
Sebagai batas plot
8.
Oven
Mengeringkan obyek

2.      Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nama bahan dan kegunaannya pada praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga
No.
Nama alat
Kegunaan
1.
Alkohol 70%
Mengawetkan sampel
2.
Koran bekas
Sebagai pelapis sampel
3.
Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga
Sebagai obyek pengamatan



C.    Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum Invenarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga adalah sebagai berikut.
1.      Menentukan lokasi pengamatan
2.      Membuat plot pengamatan
3.      Mengambil beberapa sampel tumbuhan yang akan dijadikan herbarium
4.      Memberikan alcohol 70% pada tumbuhan tersebut
5.      Meletakkan tumbuhan sampel yang dijadikan herbarium di atas Koran dan melekatkannya menggunakan selotip bening.
6.      Mengepres tumbuhan ke dalam sasak
7.      Mengoven sampel tumbuhan dengan suhu 108oC sekitar 24 jam
8.      Mengidentifikasi jenis tumbuhan tersebut.


IV.        HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga adalah sebagai berikut.




  

 Gambar 1. Spesies A
1.      Helaian daun (lamina)
2.      Tangkai daun (petiolus)
3.      Pelepah daun (vagina)
4.      Batang (caulis)
5.      Akar (radix)
4
1
2
3
    Gambar 2. Spesies B
1.      Helaian daun (lamina)
2.      Tangkai daun (petiolus)
3.      Batang (caulis)
4.      Akar (radix)
1
2
3
4
5
Gambar 3. Paku pedang
1.      Anak daun (foliolum)
2.      Tangkai anak daun (petiololus)
3.      Ibu tangkai daun (petiolus communis)
4.      Rimpang (rhizoma)
5.      Akar (radix)
B.     Pembahasan
Inventarisasi tumbuhan merupakan suatu kegiatan yang dimana bertujuan untuk mengetahui ketersediaan dan kekayaan tumbuhan yang berada pada suatu daerah. Inventarisasi biasanya dilakukan dalam lingkungan hutan. Hal itu dikarenakan hutan merupakan habitat yang alami yang dimana tumbuhan dapat hidup dengan bebas dengan berbagai faktor lingkungan lainnya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan yang berada dalam lingkungan hutan. Faktor-faktor lingkungan tersebut dapat membuat komposisi tumbuhan pada suatu hutan dapat berubah seiring waktu sehingga inventarisasi tumbuhan menjadi lebih sulit dilaksanakan.
Hasil dari pengamatan didapatkan tiga jenis spesies, yaitu spesies A, spesies B, dan paku pedang. Teknik survei lapangan yang digunakan ialah teknik sampling dimana dengan membuat plot petak contoh dan kemudian mengambil beberapa tumbuhan yang akan diamati dan dijadikan herbarium. Metode pembuatan herbarium diawali dengan mengambil beberapa sampel. Kemudian sampel tersebut disemprotkan alkohol dan dilekatkan di kertas. Setelah itu dipres menggunakan sasak dan dioven selama 24 jam. Kemudian sampel dideskripsikan sesuai dengan tumbuhan yang diambil.
Spesies A memiliki sistem perakaran serabut (radix adventitia). Batang dari spesies ini memiliki pertumbuhan yang monopodial, bersifat berkayu, berbentuk bulat (teres), permukaannya terdapat bekas duduk daun sehingga internodus terlihat jelas. Spesies ini memiliki daun yang lengkap dimana terdiri dari helaian daun (lamina), tangkai daun (petiolus) dan pelepah daun (vagina) dimana daunnya termasuk daun tunggal. Daunnya berbangun daun lancet (lanceolatus), ujungnya runcing (acutus), pangkalnya runcing (acutus), bertulang daun lurus (rectinervis), tepi daunnya rata (integer), dan daging daunnya tipis seperti selaput (membranaceus) serta memiliki tata letak daun (phyllotaxis) tersebar (folia sparsa) dengan deskripsi sudut divergensinya yaitu 2/5.
Spesies B memiliki sistem perakaran tunggang (radix primaria) yang dimana memiliki akar pokok yang tumbuh terus mengarah ke dasar bumi. Batang dari spesies ini bersifat berkayu (truncus), berbentuk bulat (teres), permukaannya beralur (sulcatus), dan arah batangnya tegak (erectus). Spesies ini memiliki daun yang tidak lengkap karena tidak memiliki pelepah daun (vagina) dan termasuk ke dalam daun tunggal (folium simplex) karena masing-masing daun duduk langsung pada batang. Daun dari spesies ini berbangun lanset (lanceolatus), sebagian besar daun memiliki ujung yang runcing (acutus), pangkalnya runcing (acutus), bertulang daun menyirip (penninervis), tepi daunnya rata (integer), berdaging daun seperti kertas (papyraceus), permukaan daun bagian atasnya licin (laevis) dan bagian bawahnya kasar (scaber) serta memiliki tata letak daun (phyllotaxis) berhadapan-bersilang (folia decussata).
Paku pedang (Nephrolepis biserrata) merupakan sekelompok tumbuhan paku yang terna epifit atau setengah epifit. Tumbuhan ini kerap tumbuh pada kondisi tumbuh marginal, seperti pada lantai hutan yang lembab, tebing perbukitan, dan merayap pada batang pohon atau batuan. Spesies ini memiliki sistem perakaran serabut (radix adventitia). Batangnya merupakan rimpang tipis, menyerupai akar. Dari rimpangnya tumbuh ental yang memanjang, dapat mencapai 1,5m panjang. Daun dari tumbuhan ini merupakan daun yang tidak lengkap karena tidak memiliki pelepah daun (vagina) dan termasuk daun majemuk. Daunnya berbangun daun panjang (oblongus), ujungnya tumpul (obtusus), pangkalnya romping (truncutus), bertulang daun menyirip (penninervis), tepi daunnya berombak (repandus), dan daging daunnya tipis seperti selaput (membranaceus) serta dibawah daun terdapat spora yang berfungsi sebagai alat reproduksi seksual.


V.           PENUTUP
A.    Simpulan
Simpulan dari praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga adalah sebagai berikut.
1.      Jenis keanekaragaman tumbuhan di lingkungan Hutan Nanga-nanga terdiri dari beberapa jenis tumbuhan monokotil dan dikotil, tumbuhan efipit, dan beberapa jenis tumbuhan paku.
2.      Metode pembuatan herbarium diawali dengan pengambilan beberapa sampel, pemberian alkohol, pengepreskan dan pengovenan, dan diakhiri dengan mendeskripsikan tumbuhan.
3.      Teknik survei lapangan yang digunakan ialah teknik sampling dengan membuat plot petak contoh sebagai perwakilan dari daerah tersebut.

B.     Saran
Saran pada praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga adalah sebagai berikut.
1.      Diharapkan kepada praktikan agar serius dalam melakukan pengamatan agar kesalahan dalam pengamatan dapat dikurangi.
2.      Diharapkan kerja sama ditingkatkan, baik antara asisten dengan praktikan maupun sesama praktikan agar tidak ada praktikan yang tidak bekerja dalam waktu melakukan praktikum.


DAFTAR PUSTAKA
Asrianny, Marian, dan Oka, N. K., 2012, Keanekaragaman dan Kelimpahan Jenis Liana (Tumbuhan Memanjat) pada Hutan Alam di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin, J. Perennial, 5 (1) : 23 – 30

Das, S. S., dkk., 2012, Keragaman Spesies Pala (Myristica sp.) Maluku Utara Berdasarkan Penanda Morfologi dan Agronomi, J. Litrri, 18 (1) : 1 – 9

Gunawan, dkk., 2009, Inventarisasi Komposisi Jenis dan Potensi Tumbuhan Sarang Semut (Myrmecodia Sp) Berdasarkan Karakteristik Ekologis Habitatnya di Kawasan Hutan Pegunungan Meratus Kalimantan Selatan, J. Hutan Tropis Borneo, 25 : 71 – 85

Muhktar, A. S. dan Heriyanto, N. M., 2012, Keadaan Suksesi Tumbuhan pada Kawasan Bekas Tambang Batubara di Kalimantan Timur, J. PEnelitian Hutan dan Konservasi Alam, 9 (4) : 341- 350

Saharjo, B. H. dan Cago, C., 2011, Suksesi Alami Paska Kebakaran pada Hutan Sekunder di Desa Fatuquero, Kecamatan Railaco, Kabupaten Ermera-Timor Leste, J. Silvikultur Tropika, 2 (1) : 40 - 45

Tidak ada komentar:

Posting Komentar