Selasa, 24 Juni 2014

Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-Nanga



I.              PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kendari merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki kekayaan flora dan fauna yang banyak. Kekayaan tersebut dapat dilihat dari kekayaan spesies yang ada di Kendari khususnya di Hutan Lindung Nanga-nanga. Kawasan hutan lindung Nanga-nanga terletak di wilayah administrasi yaitu pemerintah Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan, Kecamatan Poasia dan Kecamatan Baruga Kota Kendari dengan luas kawasan 2515 ha, lingkar gelang kawasan hutan 58 Km, tata letak kontruksi batas dilaksanakan oleh BIPHUT Sulawesi Tenggara dengan panjang kawasan hutan 45,0 Km.
Tumbuhan merupakan makhluk hidup yang dapat membuat makanannya sendiri dari suatu proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari sehingga tumbuhan di dalam aliran energi bertugas sebagai produsen. Selain menjadi produsen dalam aliran energi, tumbuhan dapat pula menjadi habitat dari makhluk hidup lainnya, baik hewan maupun sesama tumbuhan. Tumbuhan yang memiliki struktur yang tinggi misalnya pohon jati, dapat menjadi suatu habitat dari makhluk hidup lainnya seperti burung. Adapun tumbuh-tumbuhan yang melekat pada tumbuhan dapat mematikan tumbuhan lain atau hanya sekedar melekat pada tumbuhan tersebut. Tumbuhan yang melekat dan mematikan tumbuhan inangnya disebut dengan parasit. Sedangkan tumbuhan yang hanya sekedar melekat disebut dengan tumbuhan efipit.
Inventaris merupakan suatu daftar semua fasilitas yang ada di seluruh bagian termasuk gedung dan isinya yang bertujuan sebagai tanda pengenal. Invetarisasi tumbuhan merupakan suatu cara pemberian tanda pengenal terhadap tumbuhan-tumbuhan yang berada pada suatu daerah seperti pada suatu daerah hutan. Inventarisasi tumbuhan diperlukan guna mengetahui kekayaan tumbuhan yang terkandung di dalam suatu hutan pada saat tertentu. Hutan sebagai asosiasi masyarakat tumbuh-tumbuhan dengan dominasi pohon-pohonan selalu mengalami perubahan setiap waktu. Oleh karena itu, jumlah kekayaan yang terkandung di dalam hutan juga selalu berubah. Hal ini menyebabkan inventarisasi tumbuh-tumbuhan di dalam hutan tidak mudah dilaksanakan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilaksanakan praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga adalah sebagai berikut.
1.      Bagaimana jenis keanekaragaman tumbuhan di lingkungan Hutan Nanga-nanga?
2.      Bagaimana metode pembuatan herbarium?
3.      Bagaiaman teknik survei lapangan?

C.    Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga adalah sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui jenis keanekaragaman tumbuhan di lingkungan Hutan Nanga-nanga.
2.      Untuk mengetahui metode pembuatan herbarium.
3.      Untuk mengetahui teknik survei lapangan.

D.    Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga adalah sebagai berikut.
1.      Dapat mengetahui jenis keanekaragaman tumbuhan di lingkungan Hutan Nanga-nanga.
2.      Dapat mengetahui metode pembuatan herbarium.
3.      Dapat mengetahui teknik survei lapangan.


II.           TINJAUAN PUSTAKA
Hutan hujan tropika merupakan tempat tumbuh bagi flora dan fauna, membentuk persekutuan hidup dengan keseimbangan yang dinamis. Soerianegara dan Indrawan (1982) menyatakan bahwa perubahan komunitas hutan dapat timbul akibat adanyagangguan, baik yang bersifat alami seperti tanah longsor dan gunung meletus, maupun yang diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti perladangan berpindah, pertambangan terbuka, dan pembalakan hutan (Mukhtar, 2012).
Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai karena didalamnya terdapat keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan berupa kayu dan nonkayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata, dan sebagainya. Namun gangguan terhadap sumberdaya hutan terus berlangsung bahkan intensitasnya semakin meningkat dari tahun ketahun (Istigono dalam Bambang, 2011).
Tumbuhan memanjat atau lebih dikenal dengan nama liana adalah salah satu jenis tumbuhan yang menjadi penciri khas dari ekosistem hutan hujan tropis. Contohnya adalah jenis-jenis rotan, anggur, serta beberapa Cucurbitaceae (suku labu-labuan). Liana merupakan tumbuhan merambat atau tidak dapat tumbuh tegak mendukung tajuknya. Untuk mendukung pertumbuhannya, kelompok tumbuhan ini umumnya memanfaatkan berbagai jenis pohon untuk merambat. Dengan memanfaatkan pohon inangnya, beberapa jenis liana dapat mencapai lapisan tajuk dan menutupi tajuk inangnya (Asrianny, 2012).
Karakterisasi sifat morfologi merupakan cara determinasi yang paling akurat untuk menilai sifat agronomi dan klasifikasi taksonomi tanaman. Karakterisasi morfologi dapat digunakan untuk identifikasi duplikasi koleksi plasma nutfah, studi pendugaan keragaman genetik dan studi korelasi antara morfologi dengan sifat penting agronomi. Karakterisasi pada tingkat morfologi diperlukan terutama untuk keperluan identifikasi fenotipe dan perubahannya terkait dengan ekotipenya (Sri, 2012).
Kekayaan jenis tumbuhan obat yang terdapat di ekosistem alami di Indonesia berasal dari berbagai tipe ekosistem hutan yang berhasil diidentifikasi dan diinventarisasi tidak kurang dari 1.845 jenis tumbuhan obat.  Begitu pula dengan kawasan hutan Pegunungan Meratus dari beberapa penelitian yang dilakukan di kawasan hutan Pegunungan Meratus tersebut telah diidentifikasi tidak kurang 47 jenis tumbuhan berkhasiat obat (Gunawan, 2009).


III.        METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 8 Juni 2014, yang d pada pukul 09.00 WITA sampai dengan selesai dan bertempat di Hutan Lindung Nanga-nanga, Desa Amohalo, Kecematan Baruga dan Tobimeita, Kota Kendari.

B.     Alat dan Bahan
1.      Alat
Alat yang digunakan pada praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nama alat dan kegunaannya pada praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga
No.
Nama alat
Kegunaan
1.
Sasak
Mengepres tumbuhan
2.
Etiket gantung
Sebagai tanda pengenal
3.
Selotip
Melekatkan obyek
4.
Gunting
Memotong obyek
5.
Botol semprot
Menyemprotkan alkohol
6.
Tali rapia
Sebagai batas plot
7.
Patok kayu
Sebagai batas plot
8.
Oven
Mengeringkan obyek

2.      Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nama bahan dan kegunaannya pada praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga
No.
Nama alat
Kegunaan
1.
Alkohol 70%
Mengawetkan sampel
2.
Koran bekas
Sebagai pelapis sampel
3.
Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga
Sebagai obyek pengamatan



C.    Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum Invenarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga adalah sebagai berikut.
1.      Menentukan lokasi pengamatan
2.      Membuat plot pengamatan
3.      Mengambil beberapa sampel tumbuhan yang akan dijadikan herbarium
4.      Memberikan alcohol 70% pada tumbuhan tersebut
5.      Meletakkan tumbuhan sampel yang dijadikan herbarium di atas Koran dan melekatkannya menggunakan selotip bening.
6.      Mengepres tumbuhan ke dalam sasak
7.      Mengoven sampel tumbuhan dengan suhu 108oC sekitar 24 jam
8.      Mengidentifikasi jenis tumbuhan tersebut.


IV.        HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga adalah sebagai berikut.




  

 Gambar 1. Spesies A
1.      Helaian daun (lamina)
2.      Tangkai daun (petiolus)
3.      Pelepah daun (vagina)
4.      Batang (caulis)
5.      Akar (radix)
4
1
2
3
    Gambar 2. Spesies B
1.      Helaian daun (lamina)
2.      Tangkai daun (petiolus)
3.      Batang (caulis)
4.      Akar (radix)
1
2
3
4
5
Gambar 3. Paku pedang
1.      Anak daun (foliolum)
2.      Tangkai anak daun (petiololus)
3.      Ibu tangkai daun (petiolus communis)
4.      Rimpang (rhizoma)
5.      Akar (radix)
B.     Pembahasan
Inventarisasi tumbuhan merupakan suatu kegiatan yang dimana bertujuan untuk mengetahui ketersediaan dan kekayaan tumbuhan yang berada pada suatu daerah. Inventarisasi biasanya dilakukan dalam lingkungan hutan. Hal itu dikarenakan hutan merupakan habitat yang alami yang dimana tumbuhan dapat hidup dengan bebas dengan berbagai faktor lingkungan lainnya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan yang berada dalam lingkungan hutan. Faktor-faktor lingkungan tersebut dapat membuat komposisi tumbuhan pada suatu hutan dapat berubah seiring waktu sehingga inventarisasi tumbuhan menjadi lebih sulit dilaksanakan.
Hasil dari pengamatan didapatkan tiga jenis spesies, yaitu spesies A, spesies B, dan paku pedang. Teknik survei lapangan yang digunakan ialah teknik sampling dimana dengan membuat plot petak contoh dan kemudian mengambil beberapa tumbuhan yang akan diamati dan dijadikan herbarium. Metode pembuatan herbarium diawali dengan mengambil beberapa sampel. Kemudian sampel tersebut disemprotkan alkohol dan dilekatkan di kertas. Setelah itu dipres menggunakan sasak dan dioven selama 24 jam. Kemudian sampel dideskripsikan sesuai dengan tumbuhan yang diambil.
Spesies A memiliki sistem perakaran serabut (radix adventitia). Batang dari spesies ini memiliki pertumbuhan yang monopodial, bersifat berkayu, berbentuk bulat (teres), permukaannya terdapat bekas duduk daun sehingga internodus terlihat jelas. Spesies ini memiliki daun yang lengkap dimana terdiri dari helaian daun (lamina), tangkai daun (petiolus) dan pelepah daun (vagina) dimana daunnya termasuk daun tunggal. Daunnya berbangun daun lancet (lanceolatus), ujungnya runcing (acutus), pangkalnya runcing (acutus), bertulang daun lurus (rectinervis), tepi daunnya rata (integer), dan daging daunnya tipis seperti selaput (membranaceus) serta memiliki tata letak daun (phyllotaxis) tersebar (folia sparsa) dengan deskripsi sudut divergensinya yaitu 2/5.
Spesies B memiliki sistem perakaran tunggang (radix primaria) yang dimana memiliki akar pokok yang tumbuh terus mengarah ke dasar bumi. Batang dari spesies ini bersifat berkayu (truncus), berbentuk bulat (teres), permukaannya beralur (sulcatus), dan arah batangnya tegak (erectus). Spesies ini memiliki daun yang tidak lengkap karena tidak memiliki pelepah daun (vagina) dan termasuk ke dalam daun tunggal (folium simplex) karena masing-masing daun duduk langsung pada batang. Daun dari spesies ini berbangun lanset (lanceolatus), sebagian besar daun memiliki ujung yang runcing (acutus), pangkalnya runcing (acutus), bertulang daun menyirip (penninervis), tepi daunnya rata (integer), berdaging daun seperti kertas (papyraceus), permukaan daun bagian atasnya licin (laevis) dan bagian bawahnya kasar (scaber) serta memiliki tata letak daun (phyllotaxis) berhadapan-bersilang (folia decussata).
Paku pedang (Nephrolepis biserrata) merupakan sekelompok tumbuhan paku yang terna epifit atau setengah epifit. Tumbuhan ini kerap tumbuh pada kondisi tumbuh marginal, seperti pada lantai hutan yang lembab, tebing perbukitan, dan merayap pada batang pohon atau batuan. Spesies ini memiliki sistem perakaran serabut (radix adventitia). Batangnya merupakan rimpang tipis, menyerupai akar. Dari rimpangnya tumbuh ental yang memanjang, dapat mencapai 1,5m panjang. Daun dari tumbuhan ini merupakan daun yang tidak lengkap karena tidak memiliki pelepah daun (vagina) dan termasuk daun majemuk. Daunnya berbangun daun panjang (oblongus), ujungnya tumpul (obtusus), pangkalnya romping (truncutus), bertulang daun menyirip (penninervis), tepi daunnya berombak (repandus), dan daging daunnya tipis seperti selaput (membranaceus) serta dibawah daun terdapat spora yang berfungsi sebagai alat reproduksi seksual.


V.           PENUTUP
A.    Simpulan
Simpulan dari praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga adalah sebagai berikut.
1.      Jenis keanekaragaman tumbuhan di lingkungan Hutan Nanga-nanga terdiri dari beberapa jenis tumbuhan monokotil dan dikotil, tumbuhan efipit, dan beberapa jenis tumbuhan paku.
2.      Metode pembuatan herbarium diawali dengan pengambilan beberapa sampel, pemberian alkohol, pengepreskan dan pengovenan, dan diakhiri dengan mendeskripsikan tumbuhan.
3.      Teknik survei lapangan yang digunakan ialah teknik sampling dengan membuat plot petak contoh sebagai perwakilan dari daerah tersebut.

B.     Saran
Saran pada praktikum Inventarisasi Tumbuhan di Hutan Nanga-nanga adalah sebagai berikut.
1.      Diharapkan kepada praktikan agar serius dalam melakukan pengamatan agar kesalahan dalam pengamatan dapat dikurangi.
2.      Diharapkan kerja sama ditingkatkan, baik antara asisten dengan praktikan maupun sesama praktikan agar tidak ada praktikan yang tidak bekerja dalam waktu melakukan praktikum.


DAFTAR PUSTAKA
Asrianny, Marian, dan Oka, N. K., 2012, Keanekaragaman dan Kelimpahan Jenis Liana (Tumbuhan Memanjat) pada Hutan Alam di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin, J. Perennial, 5 (1) : 23 – 30

Das, S. S., dkk., 2012, Keragaman Spesies Pala (Myristica sp.) Maluku Utara Berdasarkan Penanda Morfologi dan Agronomi, J. Litrri, 18 (1) : 1 – 9

Gunawan, dkk., 2009, Inventarisasi Komposisi Jenis dan Potensi Tumbuhan Sarang Semut (Myrmecodia Sp) Berdasarkan Karakteristik Ekologis Habitatnya di Kawasan Hutan Pegunungan Meratus Kalimantan Selatan, J. Hutan Tropis Borneo, 25 : 71 – 85

Muhktar, A. S. dan Heriyanto, N. M., 2012, Keadaan Suksesi Tumbuhan pada Kawasan Bekas Tambang Batubara di Kalimantan Timur, J. PEnelitian Hutan dan Konservasi Alam, 9 (4) : 341- 350

Saharjo, B. H. dan Cago, C., 2011, Suksesi Alami Paska Kebakaran pada Hutan Sekunder di Desa Fatuquero, Kecamatan Railaco, Kabupaten Ermera-Timor Leste, J. Silvikultur Tropika, 2 (1) : 40 - 45

Selasa, 10 Juni 2014

Jurusan Biologi Universitas Halu Oleo

Merupakan salah satu jurusan yang ada di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Halu Oleo (UHO). Memiliki beberapa laboratorium seperti Mikrobiologi, Genetika, Botani, Zoologi, Ekologi dan Taksonomi. Kepala Jurusan yaitu bapak Dr. Jamili, M.Si. dan sekretaris jurusan yaitu Rita Ningsih, S.Si., M.Si.
Di dalam jurusan biologi, terbagi atas Kelompok Bidang Keahlian (KBK), seperti Botani, Ekologi, Mikrobiologi, Zoologi, dan yang akan dibuka yaitu Genetika.
Lulusan dari biologi pun tak dapat diragukan lagi karena didukung dengan Akreditasi B yang dimiliki oleh Jurusan Biologi FMIPA Universitas Halu Oleo.
Lulusan S. Si dari Biologi pun dapat melanjutkan ke pendidikan selanjutnya, seperti M.Si., M.P., dan dapat pula M. Farmasi.

Jumat, 06 Juni 2014

Tips Menjual Pulsa

Bagi rekan-rekan seperjuangan dalam dunia bisnis,, mungkin ada yang lagi bingung dalam pengaturan uang dalam bisnis pulsa,,, maupun dalam penjualan pulsa tersebut,, kali ini saya berikan tips dari saya langsung,,, berikut tips-tipsnya :
1. Buatlah daftar pembelian pulsa pada buku agar anda mengetahui pengeluaran anda
2. Catatlah setiap ada pengisian pulsa pada buku anda dan berikan garis jika telah berganti hari. Hal itu berguna untuk memantau pengeluaran anda per harinya.
3. Jika ingin mengetahui keuntungan anda setiap bulannya maka anda harus memasang target keuntungan per hari. Misalnya setiap transaksi memiliki untung Rp 550,- maka untuk mencapai Rp 100.000,- / bulan,, maka anda perlu mencapai target 6 pelanggan per hari karena 6 X Rp 550,- = Rp 3300,- X 30hari = Rp 99.000,-
4. Jangan memberikan utang kepada orang lain melebihi dari 2 Hari. Hal ini dimaksudkan agar anda tidak terlalu kerepotan dalam mengurus keuangan anda.
5. Memisahkan antara uang kebutuhan sehari-hari dengan uang pulsa agar keuangan anda yang anda kelola pada bisnis pulsa tetap stabil.
6. Jangan menjual pulsa dengan harga yang mahal karena pelanggan mencari yang murah. Usahakan agar keuntungan setiap pengisian pulsa tidak kurang dari Rp 550,-

Sekian tips yang saya berikan,, semoga bisa bermanfaat bagi rekan-rekan...

SELAMAT BERBISNIS !!!

Selasa, 03 Juni 2014

Laporan Metamorfosis lalat buah



I.              PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Lalat buah (Drosophila melanogaster) merupakan hama yang banyak menyerang buah-buahan dan sayuran seperti mangga, jambu biji, belimbing, melon, nangka, jambu air, tomat, cabai merah, dan pare. Hama ini terdapat hampir di seluruh kawasan Asia-Pasifik dan diketahui dapat menyerang lebih dari 26  jenis buah-buahan dan sayuran. Kerugian akibat serangan lalat buah (Drosophila melanogaster) cukup besar. Akibat serangan hama ini menyebabkan rendahnya produksi dan mutu buah. Hama ini juga dapat menjadi penghambat perdagangan  antar negara karena apabila pada komoditas ekspor suatu produk terdapat telur lalat buah (Drosophila melanogaster), maka produk tersebut akan ditolak.
Metamorfosis lalat dimulai dari telur hasil fertilisasi. Lalat memiliki tingkatan jumlah reproduksi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan serangga lainnya. Selain itu laju produksinya juga lebih dibandingkan jenis serangga lain. Hal ini disebabkan kemampuan mereka dalam hal kawin sangat efisien juga efektif terlebih pada musim kawin. Setelah proses fertilisasi, induk lalat akan bertelur. Biasanya ia melekatkan telurnya ke dalam sumber makanan misalnya buah yang hampir busuk. Kemudian perkembangan selanjutnya adalah perubahan telur menjadi larva.
Metamorfosis lalat yang ditandai berubahnya telur manjadi larva dibagi ke dalam dua periode yakni periode embrionik dan periode perkembangan postembrionik. Periode embrionik adalah fase dimana lalat melakukan fertilisasi dan kemudian menghasikan telur yang kemudian menetas menjadi larva muda hanya dalam kurun waktu 24 jam saja. Penetasan larva ini terjadi di dalam tempat sang induk meletakkan telur. Larva lalat ini kadang disebut juga dengan belatung. Pada fase ini, larva muda tersebut tak berhenti makan dan mempersiapkan dirinya masuk ke dalam periode metamorfosis selanjutnya yakni post embrionik. Berdasarkan latar belakang ini maka perlunya dilakukan praktikum untuk lebih memahami dapat dimengerti.
B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum Metamorfosis adalah bagaimana proses metamorfosis lalat buah (Drosophila melanogaster)?
C.      Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum Metamorfosis adalah untuk mengetahui proses metamorfosis lalat buah (Drosophila melanogaster).
D.      Manfaat Praktkum
Manfaat dari praktikum Metamorfosis adalah dapat mengetahui proses metamorfosis lalat buah (Drosophila melanogaster).


II.           TINJAUAN PUSTAKA
Hewan-hewan yang melaksanakan perkembangan secara langsungantara lain dari kelompok mamalia dan aves. Sebaliknya, yang dimaksud dengan perkembangan pasca lahir yang melalui satu atau lebih tadium larva, sebelum mencapai keadaan dewasanya. Salah satu contoh kelompok hewan yang melakukan perkembangn secara tidak langsung yaitu serangga Setelah melalui stadium larva, maka serangga akan melanjutkan ke stadium berikutnya yaitu stadium dewasa melalui suatu proses transformasi yang dinamakan metamorfosis (Luqman, 2009).
Metamorfosis dan penempelan merupakan proses yang amat penting dalam siklus hidup koloni karang. Koloni karang hanya akan terbentuk jika larva planula berhasil bermetamorfosis dari larva planktonik menjadi bentik dan menempel pada substrat untuk kemudian bertumbuh menjadi koloni baru sebagai respon sinyal yang diterima dari lingkungan (Diah, 2012).
Lalat buah merupakan hama yang paling berpotensi menyebabkan kerusakan pada buah cabai merah. Sebagai contoh seperti di Austsalia, dimana kerugian akibat lalat buah mencapai 500 triliun rupiah. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (2004) Menyatakan bahwa pada tahun 2003, serangan lalat buah di Indonesiaddiperkirakan mencapai 4.790 ha dengan kerugian 21,99 miliar rupiah. Pada populasi yang tinggi intensitas serangannya dapat mencapai 100% (Yulia, 2009).
Stadia pupa merupakan masa yang tidak aktif, namun proses metamorfosis pupa tetap berjalan. Dengan demikian untuk membentuk pupa sangat tergantung pada makanan yang dikonsumsi pada waktu stadia larva. Apabila serangga memakan senyawa aktif yang bersifat racun, bagi serangga yang tidak tahan akan mengalami kematian, sebaliknya serangga yang toleran akan tetap bertahan sampai memasuki stadia berikutnya menjadi pupa atau imago (Hasnah, 2009).


III.        METODE PRAKTIKUM
A.  Waktu dan Tempat
Praktikum metamorfosis dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 6 Mei 2014, yang dimulai pada pukul 14.00 WITA sampai selesai dan bertempat di Laboratorium UNIT MIPA LAMA, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B.     Alat dan Bahan
1.    Alat
Alat yang digunakan pada praktikum Metamorfosis dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nama alat dan kegunaannya pada praktikum Metamorfosis
No.
Nama Alat
Kegunaan
1.
Botol Selai
Sebagai wadah obyek yang akan diamati
2.
Kamera
Mendokumentasikan hasil pengamatan
3.
Alat tulis
Mencatat hasil pengamatan
4.
Busa
Menutup botol selai
5.
Selang
Menghisap lalat buah (Drosophilla melanogaster)

2.    Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum metamorfosis dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nama bahan dan kegunaannya pada praktikum Metamorfosis
No.
Bahan
Kegunaan
1.
Lalat buah
(Drosophilla melanogaster)
Sebagai obyek yang akan diamati
2.
Kertas
Sebagai media obyek yang akan diamati
3.
Pisang (Musa sp.)
Sebagai media obyek yang akan diamati

C.  Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang digunakan pada praktikum Metamorfosis, adalah sebagai berikut :
1.    Menghaluskan pisang masak dalam toples sebagai media perkembangan lalat buah (Drosophilla melanogaster).
2.    Menyimpan media di tempat terbuka. Menutup toples dengan busa, jika telah terdapat lalat buah (Drosophilla melanogaster) didalamnya.
3.    Menghisap lalat buah jantan (Drosophilla melanogaster) dan lalat buah betina (Drosophilla melanogaster) dan menyimpannya dalam media yang baru. Menyediakan media kertas berbentuk kerucut sebagai media penempelan telur.
4.    Mengisolasi telur lalat buah (Drosophilla melanogaster) yang mengalami metamorfosis.
5.    Mengamati siklus perkembangannya
6.    Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk setiap fase perkembangan.

1.     
IV.        HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum Metamorfosis dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil pengamatan pada praktikum Metamorfosis
No
Gambar
Keterangan
1.
Telur lalat buah Drosophila melanogaster)
1
21
    
1. Telur
2. Telur yang bergerombol-gerombol
2.
Larva lalat buah (Drosophila melanogaster)
21
1
                 

321
1. Larva instar 1
2. Larva instar 2
3. Larva instar 3
3.
Prepupa lalat buah (Drosophila melanogaster)
Tahapan     prepupa
4.
Pupa lalat buah (Drosophila melanogaster)
4321321
321321
21321
1321
1.      Bakal sayap (Wing)
2.      Bakal dada  (Thorax)
3.      Bakal perut (Abdomen)
4.      Peletak telur (Ovipositor)
5.
14321321
Lalat buah dewasa jantan (Drosophila melanogaster) atau imago
543214321321
43214321321
3214321321
214321321
1.      Kepala (Caput)
2.      Dada (Thorax)
3.      Sayap (Wing)
4.      Perut (Abdomen)
5.      Kaki (Leg)
6.
1543214321321
Lalat buah dewasa betina (Drosophila melanogaster) atau imago
654321543214321321
54321543214321321
4321543214321321
321543214321321
21543214321321
1.      Kepala (Caput)
2.      Dada (Thorax)
3.      Sayap (Wing)
4.      Perut (Abdomen)
5.      Kaki (Leg)
6.      Peletak telur (Ovipositor)




B.     Pembahasan
Lalat buah (Drosophila melanogaster) merupakan hama yang banyak menyerang buah-buahan dan sayuran seperti mangga, jambu biji, dan lain-lain. Akibat serangan hama ini menyebabkan rendahnya produksi dan mutu buah. Metamorfosis lalat dimulai dari telur hasil fertilisasi. Lalat memiliki tingkatan jumlah reproduksi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan serangga lainnya. Selain itu laju produksinya juga lebih dibandingkan jenis serangga lain.
Metamorfosis dan  penempelan  merupakan  proses yang amat penting dalam siklus hidup, hanya akan  terbentuk jika larva betina berhasil bermetamorfosis dari larva jantan menjadi bentik dan menempel pada substrat untuk kemudian bertumbuh menjadi koloni baru sebagai respon sinyal yang diterima dari lingkungan. Larva betina pada karang tipe pemijah (broadcaster) umumnya bermetamorfosis sehari hingga seminggu setelah keluar dari koloni induk dan mengalami fertilisasi.
Metamorfosis terjadi ketika larva mengalami perubahan fisiologis dan morfologis secara permanen. Proses metamorfosis dimulai ketika larva planula berubah bentuk menyerupai piring dengan bagian oral dan aboral memipih dan bakal septa terbentuk secara menjari dengan mulut sebagai pusatnya. Pada saat ini larva membentuk silia untuk pergerakan dan mensekresi sel sensor untuk mendeteksi permukaan substrat. Larva dilaporkan merayapi permukaan substrat dan memilih substrat yang cocok untuk menempel secara aktif.
Hasil pengamatan pada praktikum Metamorfosis dapat dilihat proses metamorfosis pada lalat buah. Pada pengamatan telur lalat buah, terlihat adanya telur yang bergerombol dan telur yang tersendiri. Pada pengamatan larva lalat buah, terlihat tiga hasil pengamatan larva instar pada lalat buah. Pengamatan pada pupa lalat buah terlihat bakal sayap (wing), bakal dada (thorax), bakal perut (abdomen), peletak telur (ovipositori). Pada pengamatan lalat jantan terlihat kepala (caput), dada (thorax), sayap (wing), perut (abdomen), dan kaki (leg). Sedangkan pada lalat buah betina terlihat peletak telur (ovipositor) yang menjadi bagian tubuh tambahan pada lalat buah betina. Pada pengamatan tersebut, dapat dilihat perkembangan lalat buah yang dimulai dari telur. Kemudian telur menetas dan menjadi larva lalat buah. Lalu larva tersebut berubah menjadi pupa. Pupa tersebut akan berubah menjadi lalat dewasa.


V.           PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum Metamorfosis adalah proses metamorfosis  diawali dengan menetasnya telur menjadi embrio. Kemudian, embrio dari lalat buah akan berubah menjadi larva. Selanjutnya larva-larva tersebut akan menjadi prepupa. Kemudian, prepupa akan berubah menjadi pupa. Pupa tersebut akan menjadi lalat dewasa.

B.     Saran
Saran pada praktikum Metamorfosis adalah sebagai berikut.
1.      Diharapkan keseriusan praktikan dalam melakukan praktikum agar praktikum dapat berjalan lancer.
2.      Diharapkan kerja sama antara asisten dengan praktikan agar kesalahan dalam pengamatan dapat dikurangi.


DAFTAR PUSTAKA
Hasnah dan Nasril, 2009,  Efektivitas Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap Mortalitas Plutella xylostella L. pada Tanaman Sawi, J. Floratek, 4 : 29 – 40

Lukman, A., 2009, Peran Hormon Dalam Metamorfosis Serangga, J. Biospecies, 2 (1) : 42 – 45

Pujiastuti, D., 2009, Perkembangan Pradewasa dan Lama Hidup Imago Psyttalia sp. (Hymenoptera: Braconidae), Parasitoid Larva lalat Buah Bactrocera dorsalis HEND (Diptera: Tephritidae), J. Rekayasa Genetika, 5 (3) : 199 – 208

Wijayanti, D. P. dan Indrayanti, E., 2012, Uji Peptida Komersial Hym-248 terhadap Metamorfosis dan Penempelan Planula yang Berasal dari Slick, J. Ilmu Kelautan, 17 (1) : 15 – 22